Kalamboko, Tradisi Sedekah Di Tanah Buton, yang Mengalir Hingga ke Alam Barzakh

SPIONNEWS, Baubau - Di tengah masyarakat Buton, setiap kali kabar duka menyapa, ada sebuah tradisi yang tak pernah terlewat yakni Kalamboko. Tradisi ini begitu sakral, diwariskan oleh para leluhur sebagai wujud kepedulian dan kasih sayang terakhir kepada mereka yang telah berpulang. Kalamboko, yang berarti kiriman, bukan sekadar benda yang dibawa.

Ia adalah doa, niat, dan sedekah yang wajib disampaikan sendiri oleh keluarga atau kerabat yang berduka. Orang tetua di Buton berpesan, kalamboko tidak boleh dititipkan. Ia harus diantarkan langsung ke hadapan jenazah dengan penuh keikhlasan.

“Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar menyebutkan bahwa doa dan sedekah adalah hadiah bagi mereka yang telah meninggal dunia. Dalam konteks Kalamboko, ajaran ini sangatlah relevan. Ia menjadi sedekah untuk orang tua, kakek-nenek, ataupun saudara yang telah mendahului kita, dan dilakukan dengan cara bhatata,” Terang Ustadz Majid Nene, yang juga tokoh Agama di Buton.Pandangan ini sejalan dengan penjelasan Prof. Quraish Shihab dalam bukunya bukunya yang membahas perjalanan manusia menuju alam barzakh. Dalam karyanya,

ia menggambarkan bahwa arwah orang-orang beriman menantikan kabar dari keluarga di dunia. Mereka bahkan bertanya, “Bagaimana kabar anak-anakku? Bagaimana keluargaku? Apakah ada kiriman untukku?” Ketika kabar baik dan doa dikirimkan, wajah mereka berseri-seri penuh kebahagiaan.

Sebaliknya, ketika tiada kiriman doa atau sedekah, rasa penyesalan muncul, hingga mereka berharap diberi waktu kembali ke dunia walau sebentar, hanya untuk berpesan kepada keluarga agar tidak lupa bersedekah.

Adab dan Tata Cara Menyampaikan Kalamboko Dalam tradisi Buton, Kalamboko bukan sekadar simbol, melainkan rangkaian tradisi yang harus dilakukan dengan adab.

Menurut Ustad Majid Nene ajaran orang tua-tua kita di buton telah menggariskan beberapa tahapan:

1. Ntotomaka atau tafakur, Membayangkan wajah orang tua atau keluarga yang telah tiada, lalu berniat dengan hati dan pikiran yang tertuju penuh : “Ku hajati ku niati kuadha bhangkata pakawaakaku kalambo si yinaku te amaku sarona yincia sie te yincia siy.” Jika orang tua sudah wafat saat kita belum lahir, maka yang dibayangkan adalah namanya.

2. Sedekah Maliyah, Menyebut nama orang yang akan dikirimi Kalamboko, lalu menyerahkan sedekah dalam bentuk materi.

3.Sedekah Badaniyah, Membacakan surat Al-Fatihah, Al-Falaq, dan An-Nas, diakhiri dengan doa.Ajaran Islam juga menegaskan, Kalamboko adalah bentuk sedekah. Ia adalah pemberian tulus dari keluarga untuk almarhum, yang pahala dan manfaatnya akan terus mengalir.

Bahkan Kata Ustadz Majid Nene, para sufi memberi jalan sederhana, jika tidak mampu bersedekah besar, cukup segenggam beras yang diberikan kepada binatang dengan niat pahalanya dikirimkan untuk kedua orang tua.

Tradisi dan Iman yang Bertemu Bagi masyarakat Buton, Kalamboko bukan hanya tradisi adat, tetapi juga ibadah yang menghubungkan nilai budaya dengan ajaran Islam.

Ia meneguhkan keyakinan bahwa kematian bukan akhir segalanya. Orang yang telah tiada tidak benar-benar wafat, melainkan berpindah ke alam barzakh, tempat doa, cinta, dan sedekah dari keluarga menjadi penerang perjalanan mereka.Wallahu A'lam Bishshawab

“ Dan Allah-lah yang lebih mengetahui kebenaran yang sebenarnya.” (Voril Marpap Koja-Koja)

Editor : Harry

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *