SPIONNEWS – Kita tinggalkan sejenak Serial Oligarki China dan Ketua Umum Partai Politik, karena ada kasus yang agak menarik yakni perkara Pak Hasto yang menurut beliau lebih bernuansa pada politisasi.
Bahwa kalau kita masih ingat beberapa puluh tahun yang lalu atau diawal Era Reformasi terjadi pertarungan Mabes Polri dengan KPK RI, dimana Mabes Polri diwakili Komjen Pol.Susno Duaji kalau tidak salah beliau saat itu duduk sebagai Kabareskrim Polri disebut Buaya, sedangkan KPK RI diwakili oleh Antasari selaku Ketua KPK RI disebut Cicak, yang ternyata dimenangkan Susno Duaji.
karena Antasari terlibat dalam hal Skandal seksual dengan pemungut bola Golf dilapangan Golf didaerah Tangerang, Ada konotasi perkara tersebut bukan sekedar hukum, tapi lebih bernuansa pada politisasi. Sama dengan perkara Sekjen PDIiP Hasto Kristianto.
perkaranya bukan sekedar hukum tapi lebih berorientasi pada politisasi yang dilakukan para Pimpinan KPK RI yang ditengarai disuruh atau atas Cawe-cawe Joko Wi yang berusaha menghancurkan PDIP agar gampang dia kuasai dalam Kongres atau Musyawarah Nasional sebentar lagi.
Oleh karena itu penulis lebih tertarik berjudul Pertarungan Banteng yang diwakili Hasto Kristianto dan Megawati Soekarno Putri melawan Buaya diwakili para Pimpinan KPK RI dan Joko Widodo sebagaimana yang diprediksi pihak PDIP, Jadi KPK RI sy naikkan pangkatnya yang tadinya hanya Cicak, namun sekarang penulis naikkan pangkatnya menjadi Buaya.
Yang menjadi pertanyaan penulis, kira-kira para pembaca yang budiman berpihak kepada siapa.
Sebab penulis lebih berpihak pada Banteng yang akan menang karena KPK RI yang sekarang walaupun dilantik Presiden Prabowo tapi atas pilihan Joko Wi sehingga secara Sikologis karakterisasi Ketua dan para Wakil Ketua KPK RI sekarang ini tidak jauh berbeda. dari karakteristik Joko Wi panutannya.
Sebagai bukti kalau kita review selama para Pimpinan KPK dilantik Presiden Prabowo prestasi apa saja yang telah ditorehkan para Pimpinan KPK RI kepada bangsa dan negara ini.
Jauh kalah dengan Kejaksaan Agung yang selama sekian bulan sudah berhasil membongkar Tindak Pidana korupsi sekian Ratus Triliun Rupiah.
Sedangkan KPK habis waktunya mengejar kasus Harun Masiku dan Hasto Kristianto kalau kita analisa jumlahnya hanya Ratusan Juta dan hampir Idak ada kerugian Negara.
Sebab perkara ini hanya menyangkut internal PDIP, artinya pemilik kursi adalah Anggota DPR RI dari PDIP. Setelah Meninggal.
Dunia akan di PAW Kader PDIP, lalu diatur kalau benar dugaan KPK RI oleh Sekjen PDIP Hasto Kristianto, sehingga perkara ini bukan hukum Korupsi secara specifik tapi pelanggaran sistem Pemilu yang tertuang dalam Undang-undang KPU RI maka yang menangani perkara ini lebih pada pidana murni yakni Kepolisian bukan KPK RI karena nilai perkara tidak cukup Rp.1 Miliar sebagai batas penanganan para Pimpinan KPK RI yang digaji tidak tanggung-tanggung tapi mencapai Rp.Ratusan Juta setiap orang dalam 1 bulan.
Pertanyaan lainnya, mengapa penulis lebih berpihak Banteng yang menang berhasil mengalahkan Buaya, karena penulis berdoa kepada Allah SWT yang mudah2an di ikuti seluruh Warga Negara Indonesia yang hatinya mengandung kejujuran, kebenaran dan keadilan alias masih bersih agar perkara ini atas kehendak Allah SWT melalui perkara ini seluruh borok- borok.
Joko Wi, Gibran, Kaesang dan Boby Nasution serta Istrinya Kahyang dugaan Korupsi mereka dapat terbongkar didalam Persidangan Pengadilan yang jumlahnya bukan sejumlah Ratusan Juta Rupiah sebagaimana Kasus yang melanda Harun Masiku dan Hasto Kristianto tapi mencapai Ratusan Triliun bahkan kemungkinan mencapai Rp.Ribuan Triliun.
Bagaimana caranya, sudah tentu melalui berbagai dokumen yang ada ditangan Hasto Kristianto yang disimpan dan telah di Notariskan oleh Conny Bakrie di Negara Rusia.Sebab dengan berbagai dokumen rahasia kejahatan Joko Wi Cs, tersebut, sudah tentu akan membongkar segala kejahatan Joko Wi Alias Mulyono bersama Anak-anak dan Menantunya.
Sehingga akan membuat para Pimpinan KPR RI tidak berkutik, sekaligus akan membuka mata hati Presiden Prabowo Subianto bahwa sesungguhnya Joko Wi dan keluarganya bukan orang baik- baik saja tapi orang yang sudah menghancurkan berbagai aspek kehidupan Bangsa, Negara, Pemerintahan dan Rakyatnya.
Bahwa dengan kejadian itu, Presiden Prabowo Subianto tidak perlu lagi mengkultuskan Joko Wi bagaikan Dewa, tidak perlu lagi Prabowo Subianto memuji -Muji, Joko Wi setinggi langit, seakan bersih bagaikan kertas putih, bagaikan Bayi yang baru dilahirkan sebab sesungguhnya Joko Wi tidak pantas menerima pujian setinggi itu hingga membuat puluhan bahkan ratusan juta Rakyat Indonesia sangat kecewa dengan Prabowo Subianto atas pujiannya terhadap Joko Wi dan keluarganya.
Bahkan yang kecewa kemungkinan bukan hanya Rakyat biasa, terapi mungkin saja termasuk para Pengurus Partai Gerindra dari Pusat sampai ditingkat Desa dan Kelurahan atau paling tidak sampai ditingkat Kecamatan.Bahwa berbicara masalah Joko Widodo Alias Mulyono tidak akan ada.
Habis- Habisnya, sepanjang dia dan keluarganya belum diadili untuk di penjara serta sepanjang Presiden Prabowo Subianto belum menyadari bahwa Joko Wi bukan Malaikat yang beliau kagumi sebab kekaguman Presiden Prabowo terhadap Joko Widodo adalah Pepesan kosong belaka S E L E S A I
Buton, 13 Pebruari 2025.
by ABB.