Liputan: Syamsir A
SPIONNEWS.ID, BAUBAU – Jum’at (18/04/2025). Saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara sangat gencar melakukan revitalisasi ruang publik, mulai dari Pantai Kamali, Kotamara hingga Stadion Betoambari tak luput dari perombakan dan perbaikan (revitalisasi) dalam program 100 hari kerja bersama pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baubau, Yusran dan Hamsinah.

Menurut Wali Kota Baubau, H. Yusran Fahim, SE, revitalisasi bukan hanya tentang mempercantik tampilan fisik, tetapi juga membangun sistem pengelolaan yang lebih partisipatif dan berorientasi pada kebutuhan warga. Pemerintah Kota Baubau merancang ulang fungsi, aksesbilitas, dan keberlanjutan Pantai Kamali agar benar-benar menjadi milik bersama.

Dengan penataan ulang Pantai Kamali, lanjut Yusran, sebagaimana yang ditegaskannya dalam halaman Facebook H.Yusran Fahim, belum lama ini bahwa tata ruang, penyediaan fasilitas yang layak, serta pemberdayaan pelaku usaha lokal dan komunitas, Pantai Kamali diharapkan tidak hanya menjadi tempat singgah, tetapi ruang tumbuh bagi kreatifitas, ekonomi rakyat, dan kebersamaan sosial.
Sementara itu, menurut informasi yang berhasil dihimpun wartawan spionnews.id menyebutkan bahwa, namun di tengah gencarnya revitalisasi tersebut, rusunawa (rumah susun) yang berada di Kelurahan Wameo, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau, tepatnya yang berdekatan dengan Pasar Ikan Wameo sudah sekitar 15 tahun belum ada perbaikan.

“Padahal kalau kita melihat rumah susun yang berada di area pasar tersebut sudah tidak layak huni, karena banyaknya kerusakan mulai dari pintu, kamar dan dapur yang bocor, instalasi air dan listrik rusak, bahkan tiang cor yang sudah retak dan rapuh,” ungkap salah seorang penghuni Rusun Wameo, yang enggan namanya dimediakan, belum lama ini.

Ditegasnkannya; “Meskipun banyak kerusakan rumah susun tersebut namun tetap ramai penghuni karena murahnya biaya sewa dan tidak punya pilihan untuk bermukim (rumah) di tengah gempuran biaya kebutuhan hidup yang semakin tinggi,” ujarnya.
Menurut salah seorang penghuni berinisial SR, yang sudah 5 tahun berada di rusun tersebut, dirinya bersama keluarganya tinggal di Rusun Wameo karena belum memiliki rumah dan biaya sewa kos-kosan yang mahal. Jadi mereka tidak punya pilihan lain selain menetap di rusun yang bisa terjangkau biaya sewanya.

“Sejak menikah 5 tahun yang lalu kami sudah tinggal disini (rusun, red), banyak kerusakan tapi mau di apa, kami belum memiliki rumah, sedangkan semua kos-kosan mahal, cuma disini yang murah dan terjangkau,” ungkapnya.(*)
Editor : Rusly, S.Mn.