SPIONNEWS , Batauga – Demi meningkatkan tindak pencegahan angka penurunan stunting di Kabupaten Buton Selatan, Dinas Kesehatan mencatat adanya peningkatan prevalensi stunting pada tahun 2025. Berdasarkan pencatatan melalui aplikasi Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGM), prevalensi balita stunting di Buton Selatan mencapai 24,18% pada trimester II tahun ini, naik dari 22,8% di tahun 2024, Kamis (15/5/2025).
Ketika dikonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan Buton Selatan La Ode Rusli, mengatakan “Angka stunting di Buton Selatan memang mengalami naik turun dari tahun ke tahun. Meski sempat turun, tahun ini kita mengalami kenaikan kembali,” ungkapnya, pada awak media di ruang kerjanya.
Ia juga menuturkan, bahwa berdasarkan data SSGI (Survey Status Gizi Indonesia) tahun 2022, angka prevalensi stunting di Buton Selatan berada di angka 32,6%. Namun, data terbaru dari SSGI tahun 2024 belum dirilis secara resmi oleh Kementerian Kesehatan untuk level kabupaten/kota.
Menanggapi kondisi ini, Dinas Kesehatan Buton Selatan terus melakukan berbagai upaya untuk menekan angka stunting.
Beberapa program andalan yang telah berjalan antara lain pemberian makanan tambahan (PMT) lokal bagi ibu hamil dengan kekurangan energi kronik (KEK) dan balita gizi kurang, penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), serta Aksi Bergizi di sekolah-sekolah.
“Kita juga melakukan pelatihan kader untuk memperkuat edukasi ke masyarakat, karena kita percaya pencegahan itu harus dimulai dari pengetahuan dan kebiasaan yang benar di keluarga,” terangnya.
Kata Kadis, pihaknya masih terdapat berbagai kendala di lapangan.
“Kendala utama penanganan stunting di Busel adalah belum adanya kekuatan dalam satu tim terpadu di lintas program dan lintas sektor. Beberapa stakeholder juga belum bersinergi terhadap pola-pola pendekatan dan penanganan stunting di daerah ini,” tegasnya.
Selain itu, Kata Kadis, kurangnya akses terhadap nutrisi yang cukup dan seimbang, rendahnya pendidikan dan kesadaran masyarakat soal gizi, keterbatasan layanan kesehatan, serta persoalan sanitasi dan pola asuh turut menjadi tantangan yang kompleks.
“Perlu kerja sama lintas sektor, termasuk OPD lain, pemerintah desa, bahkan pelaku usaha. Harapan saya, tidak ada lagi balita yang menderita stunting. Butuh komitmen bersama, dari bupati hingga masyarakat akar rumput, untuk wujudkan generasi Buton Selatan yang sehat, unggul, dan cerdas menuju Indonesia Emas 2045,”ungkapnya.(Ha)
Editor: Harry


 
			 
			 
			