OPINI PUBLIK
Di tanah yang memegang teguh falsafah “Ale rasa beta rasa”, keseimbangan birokrasi menjadi wujud nyata semangat orang basudara dalam dunia akademik
SPIONNEWS.ID, MALUKU – Universitas Pattimura (Unpatti) selama ini dikenal sebagai rumah ilmu kebanggaan masyarakat Maluku. Ia bukan hanya simbol pendidikan tinggi, tetapi juga simbol kehidupan bersama yang lahir dari semangat orang basudara nilai luhur yang menempatkan keadilan dan rasa saling menghormati di atas segala perbedaan.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir, muncul sorotan publik terhadap komposisi birokrasi dan jabatan strategis di lingkungan Unpatti. Isu yang mencuat bukan semata soal siapa menjabat apa, tetapi tentang bagaimana lembaga sebesar Unpatti mampu menjadi cermin dari keseimbangan dan keterwakilan antar golongan di Maluku yang majemuk.Sejumlah kalangan menilai bahwa struktur birokrasi Unpatti belum sepenuhnya mencerminkan perimbangan yang ideal. Dalam pandangan mereka, semangat pluralisme dan meritokrasi yang seharusnya menjadi dasar penentuan jabatan terkadang tampak kabur di tengah praktik yang cenderung didominasi oleh kelompok tertentu.
Opini ini tidak bermaksud memecah atau menegaskan sekat perbedaan, tetapi justru mengingatkan pentingnya keadilan representasi sebagai wujud nyata dari nilai persaudaraan itu sendiri.
Sebab di Maluku, falsafah “Ale rasa beta rasa, sagu salempeng dipatah dua” bukan hanya ungkapan budaya, melainkan pedoman moral dalam menata relasi sosial termasuk dalam dunia akademik.
Sebagai universitas negeri, Unpatti seharusnya menjadi rumah bersama bagi semua anak Maluku dan anak Indonesia dari latar belakang mana pun. Dalam ruang kampus ini, setiap dosen, tenaga pendidik, dan pegawai mesti merasa diakui, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi serta memimpin.
Keadilan dalam birokrasi bukan hanya urusan jumlah atau jabatan, tetapi soal rasa adil yang dirasakan oleh semua pihak. Sebab ketika sebuah lembaga publik mencerminkan keseimbangan dan keterwakilan, maka kepercayaan publik pun akan tumbuh dengan sendirinya. Dan Unpatti, sebagai pusat ilmu dan peradaban di wilayah timur Indonesia, memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga kepercayaan itu.
Pimpinan Unpatti tidak perlu alergi terhadap kritik publik. Sebaliknya, evaluasi terbuka dan transparan terhadap komposisi struktural justru menjadi langkah elegan dan beradab untuk menegaskan bahwa Unpatti masih berdiri di atas nilai keilmuan, integritas, dan keadilan sosial.
Karena sejatinya, Unpatti bukan hanya tempat belajar, melainkan miniatur Maluku itu sendiri kampus tempat perbedaan menjadi kekuatan, dan kebersamaan menjadi budaya.
Dan sebagaimana pesan yang diwariskan leluhur:
“Katong samua orang basudara.”
Sudah semestinya semangat itu hidup di setiap ruang birokrasi Unpatti, agar keadilan bukan sekadar kata, tetapi napas yang menjiwai seluruh civitas akademika di kampus kebanggaan orang Maluku ini.
Editor : Redaktur SpionNews.id Maluku


 
			 
			 
			