
Oleh: La Ode Muhammad Syamsir, SKM

SPIONNEWS.ID, BAUBAU – Dikisahkan, seekor semut merah bernama Namla yang beralamat di Lorong Kuda Putih Betoambari, Kelurahan Tarafu, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara, bercerita kepada temannya bahwasannya kemarin dia baru saja pulang dari Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, pada Minggu (26/01/2025).
Namla lalu melanjutkan ceritanya bahwa, selama di Kota Makassar dia juga sempat jalan-jalan ke Benteng Rotterdam dan Pantai Losari lalu pulang kembali ke Kota Baubau hanya dalam waktu satu malam saja.
Teman Namla yang bernama Naomi tidak percaya; “Bagaimana mungkin kamu bisa pulang pergi ke Makassar hanya dalam waktu satu malam saja! Sedangkan jarak dari Baubau ke Makassar sejauh 1.269,60 km atau 787.15 mil, untuk pergi ke Wameo saja jaraknya 1 km, kita butuh waktu sekitar 2 bulan perjalanan. Apalagi pergi ke Makassar!,” bantahnya.
Naomi juga menambahkan; “Pergi ke Makassar adalah hal yang mustahil, 100 tahun perjalanan pun kita tidak akan sanggup, apalagi cuma dalam waktu perjalanan satu malam saja, kamu jangan berbohong,” tegasnya.
Padahal Namla tidak pergi dengan sendirinya tapi ikut berangkat bersama manusia yang di dalam tas manusia tersebut ada sepotong roti, lalu Namla menetap didalam tas tersebut kemudian terjadilah perjalanan pulang pergi Makassar-Baubau hanya dalam waktu satu malam saja.
Kisah semut kecil diatas adalah perumpamaan sederhana tentang kondisi Isra’ Mi’raj yang terjadi pada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Dalam logika manusia, sangat tidak mungkin Nabi melakukan perjalanan dari Mekkah, Arab Saudi ke Masjid Al-Aqsa Palestina, kemudian lanjut ke Sidratul Muntaha, di langit ke tujuh dalam hitungan semalam saja.
Artinya, tidak mungkin terjadi kalau perjalanan Nabi ke langit ke tujuh diukur dengan kekuatan manusia yang sangat terbatas. Sebagian besar orang Arab pada waktu itu masih terbelenggu oleh rasional kodratnya sebagaimana kisah semut diatas.
Baca juga : Logika Semut Dan Isra Mi’raj Bagian II
Jika seekor semut kecil bisa menempuh perjalanan pulang pergi Baubau-Makssar dalam waktu semalam berkat kekuatan manusia, maka begitu juga dengan Nabi yang bisa sampai ke langit ke tujuh berkat kekuatan dari Tuhan.
Dalam logika semut, tidak mungkin semut bisa sampai Makassar dalam waktu sesingkat itu. Sama halnya dengan Nabi, dalam logika manusia tidak mungkin Nabi bisa sampai ke langit ke tujuh dalam waktu sesingkat itu. Disinilah arti penting kekuatan lain yang kekuatannya di atas yang lain dan tak terbatas. Wallahu’alam bissawab. (*)
Penulis adalah Redaktur Pelaksana (Redpel) spionnews.id
Very nice article. I certainly love this site.
Thanks!