Karya: Wijiantara
SPIONNEWS.ID, Maluku – Selasa, 27/08/2024.
API Kamaniang dan berang merah, tipa tahuri tanda kekaguman roh suci akan kembali bangkit.
Kepakan sayap Cendrawasih dengan semangat Mutiara bergema di atas Tanah Aru karena titipan harta leluhur disabotase oleh investor.
Harga, harga tanah adat menjadi perjanjian mati buat anak cucu di atas Bumi Zalgaria.
Darah jadi taruhan. Asalkan budaya katong selalu jaga.
Jiwa para pewaris adat budaya, jangan sampai kalah. Suara anak cucu Aru terus bergema mengepung masa.
Simbol berang merah, tifa dan tahuri. Parang dan salawaku memanggil anak cucu manyimpang lalu katong maju….
Tanah Seram Bumi barkate.
Setang pele katong salempang.
Demi nasib generasi, katong berkabung darah di medan laga.
Tanah Ita Otu Nusa kita kembali.
Nuku-nuku muda, bangkit melawan.
Doa-doa dari leluhur dan para datuk-datuk. Selalu menyertai katong samua.
Di bawah lindungan mereka, kami teriak satu suara, kembalikan tanah adat leluhur kami.
Katong selalu melawan dan kepung serta duduki hingga serang sampai tanah adat leluhur kami dikembalikan ke yang berhak.
Heyy ,,, hormateee. Ijin mohon doa dari leluhur di seantero Bumi Para Raja-raja.
Bumi Larwul Ngabal hingga Duan Lolat. Sampai Salam Zalgaria Buat Perwakilan.
Dari Tanah Ursia Urlima.
Dari pusat Karamat Hausihu.
Di atas Benteng Perjanjian Moyang, Tabea-tabea untuk Jou Upu Tuang barakate.
Dari atas pusat Amantelu, di atas Gunung Soya, Rutung hingga Sirimau.
Katong menyatu sebagai Putra-Putri dari Samua Wilayah di Bumi Tanah Adat.
Sebagai Anak cucu yang memilih kesadaran Adat dan Budaya.
Katong Mohon Doa dari samua, mulai dari atas Karamat Nusa Tuhaha dan Alaka di Pulau-Lease, Haruku, Saparua dan Nusa Laut. Semoga perjuangan ini juga turut didoakan oleh Penguasa Banda Naira.
Sebab sebelum Batavia dipindahkan dari timur. Kita yang lebih awal belajar cara-cara mereka.
Maka tentu kita paham Strategi Kepung Kota. Sebab leluhur kita pernah berjuang sampai Srilangka.
Mari bersama, mari Jang berseteru, mari hadapi mereka untuk menjaga Intan Permata Putih di dasar laut Maluku.
Maluku sampai Maluku Utara hingga semesta mempertemukan para kelompok.
Setan yang menggarap harta moyang kita dahulu, maka pastikan Tubuh kita dibakar hidup-hidup. Demi tanah adat.
Teringat saya dengan sosok manusia yang berani saat perang tiba.
Ketika sabda Sultan Nuku;
“Barang siapa yang menghalangi Beta pung perjuangan, maka Adik kandung pun Beta Bunuh.!!”
Hormateee. (*)
Liputan: Erwin Banea
Editor: Saudara RAL

