SPIONNEWS, Batauga – Rapat Koordinasi konvergensi percepatan penurunan stunting Aksi 8 / Review Kinerja percepatan penurunan stunting Kabupaten Buton Selatan tahun 2024, Dinas Pengelolaan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kabupaten Buton Selatan.
kegiatan ini dihadiri oleh sekda Kabupaten Buton, Kepala Dinas BKKBN, perwakilan dari Bappeda kabupaten Buton Selatan serta diikuti oleh Kepala Puskesmas Kabupaten Buton Selatan, Para pengurus kader-kader binaan dari BKKBN, Camat dan Kepala Desa untuk melihat perkembangan anak bayi dan ibu hamil terdampak Stunting, Rapat Koordinasi dilaksanakan di Gedung Wisata Batauga.
Dalam sambutannya Sekda La Ode Budiman mengatakan “Kita harus lebih sering berkoordinasi untuk bisa memberikan hasil yang lebih baik bukan hanya sekedar membuat laporan ke atas namun hasil yang dilakukan di lapangan tidak saling berkoordinasi” imbuhnya. Jum’at, 20/12/2024.
Kata Sekda, Jadi diharapkan untuk semua lintas koordinasi mulai dari kepala Puskesmas kepala desa dan Camat serta anggota kader-kader dari BKKBN dan kader dari Puskesmas untuk bisa saling berkoordinasi dengan baik sehingga nantinya tingkat stunting bisa lebih menurun lagi ke-14%. Di waktu yang sama dengan kegiatan yang sama Kepala Dinas BKKBN Kabupaten Buton Selatan La Asari menyatakan Alhamdulillah untuk stunting di Kabupaten Buton Selatan, pada tahun ini menurun sehingga 20%, saat tahun 2001 stunting di Kabupaten Buton Selatan meningkat hingga 35%, karena saat itu sedang kena covid yang berdampak pada pergerakan barang yang sulit sehingga berdampak pada pertumbuhan stunting.
“Alhamdulillah sejak tahun 2022, kami mendapat penurunan tingkat stunting mencapai 22%, mendapatkan penurunan sekitar 13% tingkat stunting, dan pada tahun 2023 naik mencapai 32% dari 22% di Tahun 2022, dan untuk Sulawesi Tenggara mendapatkan tingkat kedua penurunan stunting” tegasnya.
Terangnya, tim kami yang bertugas di lapangan dan bekerjasama dengan puskesmas sudah membantu para petugas SSGI, inspirasi pengendalian stunting tingkat nasional, sehingga bisa melihat langsung sistim pengukuran dan lain sebagainya.
“Untuk di Buton Selatan stunting, tidak berpengaruh pada gizi, melainkan berpengaruh dari pola asuh yang paling utama, untuk kecukupan dan kemampuan masyarakat untuk penalaran gizi anak bagus, tapi berpengaruh pada pola asuh, di mana para orang tua hanya membiarkan anak makan saat lapar, tanpa melihat jenis makanannya mereka makan, nama seperti yang dikatakan sekda tadi walaupun gizi sudah cukup, tapi lingkungan tidak memadai di mana ayat yang kita konsumsi tidak memenuhi standar WHO, atau rumah hunian yang kurang memenuhi syarat, maka bisa dikatakan salah satu penyebab terjadinya stunting” Ungkapnya.
Jelasnya pada awal media, faktor lingkungan ini, biasanya karena air yang kurang bagus, sehingga walaupun makanan yang kita makan sudah bergizi namun minuman yang tidak bagus, mengakibatkan cacingan, hal ini membuat tumbuh kembang anak melambat.
“Berdasarkan e-ppgbm kita menurun dari 32% menjadi 22% sedangkan di SSG untuk tingkat internasional terdapat sedikit perbedaan dari 32% menjadi 20%, namun itu bukan menjadi masalah karena sama saja. Yang penting bisa melihat hasil penurunan stunting di Kabupaten Buton Selatan” ungkapnya. (Ha)
Editor: Harry.