Oleh : Amidan Rumbouw
SPIONNEWS.ID, AMBON, Jumat, 17/01/25 – Maluku, sebagai salah satu wilayah dengan kekayaan alam yang melimpah, sering kali hanya menjadi cerita dalam statistik nasional tanpa benar-benar mendapatkan perhatian yang layak.
Program-program seperti makan gratis yang ditawarkan oleh pemerintah hanyalah solusi sementara yang tidak menyentuh akar persoalan. Anak-anak Maluku tidak hanya butuh kenyang, mereka butuh kesempatan untuk bermimpi dan mewujudkannya melalui pendidikan yang layak.
Sayangnya, pendidikan di Maluku masih jauh dari kata ideal, dengan minimnya akses fasilitas, tenaga pengajar, dan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan lokal.
Pemerintah pusat sering kali mengabaikan realitas bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk memutus rantai kemiskinan di Maluku.
Dalam konteks daerah yang kaya akan sumber daya laut dan tambang, tidak ada alasan bagi anak-anak Maluku untuk tumbuh tanpa akses pendidikan berkualitas.
Namun, kenyataan berkata lain. banyak sekolah yang rusak, minim bahan ajar, dan guru yang tidak merata. Ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga keberpihakan negara untuk memastikan setiap anak di Maluku memiliki kesempatan yang sama seperti anak-anak di kota besar.
Dorongan untuk mensejahterakan pendidikan di Maluku harus menjadi prioritas nasional. Pemerintah perlu merancang kebijakan yang tidak sekadar menjawab masalah sesaat, tetapi membangun fondasi yang kuat untuk masa depan.
Program pelatihan guru, pengadaan fasilitas teknologi pendidikan, serta kurikulum yang berbasis potensi lokal adalah langkah nyata yang harus segera diambil.
Jika pemerintah daerah serius ingin membangun Maluku, investasi di bidang pendidikan adalah satu-satunya jalan yang pasti.
Sebab, Masyarakat Maluku juga perlu diberdayakan untuk menjadi bagian dari solusi ini.
Pemerintah daerah, bersama komunitas lokal, dapat bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Program pendidikan berbasis budaya lokal, seperti pelatihan keterampilan perikanan atau pengolahan hasil tambang, dapat menjadi solusi kontekstual untuk memastikan pendidikan di Maluku relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Anak-anak Maluku tidak hanya harus belajar membaca dan menulis, tetapi juga memahami bagaimana memanfaatkan potensi alam mereka secara berkelanjutan.
Namun, ini semua tidak akan berhasil tanpa kemauan politik yang kuat dari pemerintah pusat. Negara tidak boleh melupakan Maluku sebagai bagian dari NKRI yang memiliki hak yang sama.
Maluku membutuhkan kebijakan afirmatif yang memastikan pendidikan berkualitas menjadi prioritas. Ini bukan hanya soal pemerataan pembangunan, tetapi juga keadilan sosial yang menjadi fondasi bangsa ini.
Jika negara terus menerus melupakan Maluku, maka kita sedang membiarkan generasi muda Maluku kehilangan masa depan mereka. Jangan sampai kita hanya melihat potensi Maluku sebagai kekayaan alam, tetapi lupa bahwa ada kekayaan manusia yang jauh lebih berharga.
Anak-anak Maluku tidak membutuhkan janji kosong atau bantuan temporer, mereka membutuhkan pendidikan yang layak untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi mereka dan bangsa ini.(*)
Penulis adalah Mahasiswa Unpatti Ambon.
Liputan : Erwin B.
Editor : Harry & Sdr. RAL