SPIONNEWS, BUTON SELATAN, – Ritual Mata’ano Galampa selain merepresentasikan wujud syukur masyarakat kepada Tuhan Maha Esa. Terselip filosofi khasnya pada cara membelah ketupat.
Ketua Adat atau Parabela Desa Lipu Mangau dan Gunung Sejuk, La Boti, menjelaskan bahwa ritual Mata’ano Galampa lanjutan dari ritual Mata’ano Santa yang telah selesai digelar pada September 2024.
Ritual adat Mata’ano Galampa mempunyai nilai sakral bagi masyarakat Desa Gunung Sejuk, Sampolawa, Buton Selatan. Yakni terletak pada cara membelah ketupat yang berbeda dari cara membelah ketupat pada umumnya.
Dimana masyarakat disana membelah ketupat dilakukan dari samping. Hal itu bukan tanpa sebab, pasalnya mempunyai filosofi yang mengandung makna hubungan antara manusia dan sang Maha Pencipta yang begitu erat.
“Begitu terbelah tidak bisa terpisah tetap bersatu seperti hubungan antara manusia dengan Tuhan yang tidak terpisahkan,” Tutur La Boti kepada telisik,Minggu (16/2/2025).
Sepanjang jalannya prosesi ritual adat tersebut, tamu undangan melakukan pertunjukan tarian daerah secara bergantian. Dimana para tamu mendapatkan giliran untuk menari dan tidak boleh menolak ajakan tersebut.
Selain mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, Matano Galampa, juga merupakan tanda bila alat musik tradisional seperti gendang, gong dan lainnya mulai disimpan di rumah tetua adat.
Dalam adat kali ini selain dilakukan tarian Linda juga dilakukan tarian Linda, Mangaru, dan Batanda. Warga setempat maupun pelancong terlihat antusias menyaksikan pesta adat tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan Buton Selatan, La Ode Haerudin mengatakan Ritual adat Mata’ano Galampa sudah terdaftar memiliki sertifikat kekayaan intelektual komunal (KIK) pada Desember 2024.
Haerudin menyebutkan Perayaan tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Dimana turut dimeriahkan oleh Pemkot Baubau dan Pemkab Buton pada jalannya prosesi adat.
Sementara, Pj Kepala Desa Gunung Sejuk, Iji Wijaya mengungkapkan Anggaran dana yang dikucurkan pada penyelenggaraan ritual adat tersebut berasal dari dua sumber.
Dimana pihak OPD terkait hanya membiayai operasional panitia penyelenggara acara. Sedangkan untuk isian talang berasal dari dana swadaya masyarakat yang hampir mencapai Rp 200 juta. Dengan rincian tiap rumah menyumbang sekitar Rp 2 juta per Kepala Rumah Tangga.
“Kalau tahun ini bisa mencapai 200 Juta,” Ungkap Iji.
Ia menuturkan semua hidangan olahan hasil bumi yang disuguhkan selama jalannya ritual adat merupakan representasi wujud syukur masyarakat terhadap hasil panen yang berhasil tahun ini di Desa Gunung Sejuk, Sampolawa, Buton Selatan.
“Kami naik pesta kampung di Baruga bukan hanya sekedar ceremonial saja tetapi ada momentum penting yang selalu kami nanti setiap tahun,” Tuturnya.
Selain itu, ritual adat Mataana juga bertujuan untuk menjaga jalinan sosial antar Desa di wilayah Kecamatan Sampolawa. Dimana, setiap tahunnya tiap Kepala Desa diundang untuk menghadiri acara adat tersebut.
Rangkaian pesta adat Mataana akan ditutup dengan pagelaran tari Linda, Mangaru, dan Batanda yang akan diselenggarakan pada malam pukul 20.00 wita.
Diketahui ritual adat Mata’ano Galampa diselenggarakan di Baruga Desa Gunung Sejuk, Sampolawa, Buton Selatan. Dimulai pada pukul 14.00 s.d 17.00 wita.
Penulis: Ali
Editor : Harry