Menindaklanjuti Aksi Demo Jakarta, Maluku Diminta Bergerak “Indonesia Gelap”

Penulis : Amidan Rumbouw

SPIONNEWS.ID, Maluku – Jakarta Senin, 17 Februari 2025, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus se -Jakarta Raya melakukan aksi protes di depan Istana Merdeka, dengan tema besarnya adalah “Indonesia Gelap”. Mereka menyuarakan keresahan terhadap kebijakan makan gratis yang diterapkan oleh Presiden RI.

Kebijakan ini dianggap tidak menyelesaikan masalah utama bangsa, bahkan dikhawatirkan membawa dampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat, termasuk buruh, petani, dan rakyat kecil lainnya. Makan gratis bukanlah solusi jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Kebijakan ini justru membuat masyarakat semakin bergantung pada bantuan pemerintah, yang pada akhirnya melemahkan kemandirian ekonomi rakyat. Harusnya kebijakan yang lebih berdampak, seperti peningkatan lapangan pekerjaan, akses pendidikan berkualitas dan perbaikan sistem kesehatan.

Baca Juga : Mahasiswa Terancam Putus Kuliah Akibat Efisiensi Anggaran Pendidikan Tinggi

Di tengah gempuran aksi mahasiswa di ibukota hari ini, pertanyaan yang muncul mengapa Maluku belum ada inisiatif untuk bergerak? Apakah Maluku tidak merasakan dampak dari kebijakan ini? Ataukah ada alasan lain yang membuat mahasiswa dan masyarakat di Maluku terlihat pasif dalam menyikapi isu ini? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi sorotan, mengingat dampak kebijakan nasional juga akan dirasakan di wilayah timur Indonesia, termasuk Maluku, maka dimanakah suara-suara Maluku. Dari sini, mahasiswa Maluku terlihat belum solid dalam merespons isu ini. Mungkin karena kurangnya koordinasi antar kampus dan organisasi mahasiswa.

Selain itu, fokus perhatian yang lebih banyak tertuju pada isu-isu lokal di Maluku, seperti masalah infrastruktur dan akses pendidikan, bisa saja menjadi alasan mengapa respons terhadap kebijakan makan gratis belum terdengar lantang. Apakah mahasiswa di Maluku merasa kebijakan ini tidak berdampak langsung pada kehidupan seluruh masyarakat Maluku?

Padahal jika ditelaah lebih dalam kebijakan tersebut juga akan mempengaruhi ekonomi lokal, harga pangan, serta kesejahteraan petani dan nelayan yang ada di Maluku. ketidakpedulian terhadap isu ini bisa menjadi ancaman bagi kestabilan ekonomi daerah, terutama jika ketergantungan pada bantuan pemerintah justru melemahkan sektor produktif di Maluku.

Kini sudah saatnya kampus-kampus di Maluku bersatu dan mengambil sikap tegas terhadap kebijakan yang dinilai meresahkan ini, sebagai kaum intelektual, mahasiswa memiliki peran penting dalam mengawal kebijakan publik yang berdampak luas. Persatuan mahasiswa di Maluku akan menjadi kekuatan yang mampu menyuarakan aspirasi masyarakat secara lebih efektif dan membawa perubahan yang signifikan.

Mahasiswa di Maluku perlu menunjukkan bahwa ada kepekaan terhadap dinamika politik nasional dan memiliki kepedulian terhadap masa depan ekonomi Indonesia, termasuk daerah Maluku sendiri.Jika Jakarta bisa bersuara lantang, mengapa Maluku tidak?

Pergerakan mahasiswa di Maluku perlu bangkit dari sekarang dan mulai bersatu dalam satu barisan perjuangan. Tentunya dengan bersatunya kampus-kampus di Maluku maka dapat memperkuat posisi tawar dan memberikan tekanan politik yang konstruktif kepada pemerintah pusat.

Maluku harus bergerak?, keputusan ada di tangan mahasiswa Maluku. Apakah tetap diam dan menerima kebijakan yang dinilai merugikan, atau bangkit dan bersuara untuk memperjuangkan masa depan yang lebih baik. Persatuan adalah kunci kekuatan dan suara dari timur Indonesia tidak boleh dianggap sepele. Kini saatnya Maluku bergerak dan menunjukkan kepedulian terhadap kebijakan nasional yang berdampak luas ini.(*)

Editor : Erwin Banea & Sdr. RAL (Rusly Alitanda La Marae)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *