KONSPERAM Soroti Konflik Di Maluku Tengah, Dorong Revitalisasi Nilai Pela Gandong

SPIONNEWS.ID, MALUKU – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Konsorsium Pemuda (KONSPERAM), Yasir Rumbouw, ketika di wawancarai Kru Spionnews pada Jum’at (04/04/2025) di kediamannya kota Ambon.

Menurutnya, terkait konflik yang terus berulang di beberapa desa di Kabupaten Maluku Tengah, khususnya antara Desa Sawai dan Ruma Olat, serta Desa Tial dan Tulehu. Ia menilai bahwa dinamika ini mencerminkan kompleksitas sosial masyarakat yang memiliki sejarah dan budaya yang kuat.

“Ketegangan yang terus berulang ini tidak cukup disikapi secara reaktif. Diperlukan pendekatan preventif yang mengakar pada kearifan lokal, khususnya melalui sistem Pela Gandong,” ujar Yasir Rumbouw.

Baca juga : Pernyataan Resmi Sekretaris Umum Tim Pemekaran CDOB Raya Terkait Konflik Di Seram Utara

Masih kata Dia, Pela Gandong merupakan filosofi kehidupan yang telah lama menjadi perekat sosial masyarakat Maluku. Filosofi ini mengajarkan bahwa desa-desa yang terikat dalam ikatan Pela adalah saudara, berbeda meskipun agama, suku, atau latar belakang.

“Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai Pela Gandong dan mengintegrasikannya dengan strategi intelijen, sosial, serta pendekatan hukum berbasis kriminologi, kita dapat membangun solusi yang menyeluruh dan berkelanjutan,” tuturnya.

Baca Juga : Desa Tamangil Nuhuyanat Masih Terisolasi Tanpa Infastruktur Dasar

Yasir menyoroti bahwa konflik di Maluku Tengah tidak terjadi tanpa sebab. Dari sudut pandang kecerdasan, ada faktor-faktor pemicu yang dapat dijelaskan dan diantisipasi. Ia pun merekomendasikan tiga langkah strategi antara lain :

  1. Pemetaan Sosial dan Sejarah Konflik
    Menganalisis akar konflik di Desa-Desa yang terlibat serta menelaah peran Pela Gandong dalam dinamika sosial antar Desa.
  2. Sistem Peringatan Dini Berbasis Komunitas (SPDBK) melibatkan tokoh adat, agama, dan pemuda sebagai bagian dari jaringan intelijen sosial serta memanfaatkan teknologi untuk menyatukan penyebaran hoaks dan provokasi di media sosial.
  3. Peningkatan Kapasitas Intelijen Kultural memberikan edukasi kepada aparat keamanan terkait nilai Pela Gandong agar pendekatan yang digunakan lebih persuasif dan dialogis. Selain itu, membangun komunikasi erat antara intelijen negara dan masyarakat adat yang dinilai penting dalam upaya pencegahan konflik.

Yasir juga menekankan bahwa salah satu penyebab utama penyelesaian konflik adalah semakin melemahnya nilai Pela Gandong dalam kehidupan masyarakat. Ia pun mengajak untuk melakukan revitalisasi nilai tersebut melalui:

  • Menghidupkan kembali Pela Gandong   sebagai perekat sosial,
  • Membangun jembatan perdamaian antar Desa
  • Serta memanfaatkan seni dan budaya sebagai media pemersatu

Yasir menegaskan, Dalam aspek hukum, KONSPERAM mendorong pendekatan yang lebih restoratif dan berbasis kearifan lokal, bukan represif. dirinya pun mengusulkan tiga strategi utama antara lain :

  1. Pendekatan Restoratif Berbasis Hukum Adat Mengedepankan mediasi adat sebelum menempuh jalur hukum formal serta menyinergikan hukum negara dengan hukum adat agar lebih kontekstual.
  2. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Kekerasan dan Provokator serta menindak tegas para pelaku hasutan baik di lapangan maupun di media sosial secara adil, transparan, dan tanpa tebang pilih.
  3. Membangun Kepercayaan Terhadap Aparat Hukum dan melibatkan masyarakat dalam program keamanan berbasis komunitas dan memperkuat hubungan sosial antara aparat keamanan dan warga.

“Konflik di Sawai, Ruma Olat, Tial, dan Tulehu bisa diselesaikan jika kita kembali pada nilai-nilai Pela Gandong sebagai identitas kolektif masyarakat Maluku,” pungkas Yasir.

Konperam pun menyarankan, Kepada seluruh elemen masyarakat agar bersama-sama merawat Pela Gandong sebagai fondasi sosial dalam membangun masa depan Maluku yang harmonis.

“Mari kita bersama-sama merawat Pela Gandong sebagai perekat sosial dan fondasi utama dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Maluku Tengah, karena hanya dengan bersatu, kita dapat merajut kembali persaudaraan yang sempat terkoyak akibat konflik,” tutupnya.

Liputan : ABR

Editor : EB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *