Mengenal Warisan Budaya Buton, SMPN 5 Buton Tengah Ajak Siswa Menelusuri Jejak Kesultanan dan Kearifan Lokal

SPIONNEWS.ID, Baubau, 24 Mei 2025 – Dalam upaya menanamkan nilai-nilai budaya dan sejarah lokal kepada generasi muda, SMP Negeri 5 Buton Tengah menggelar kegiatan study tour bertema edukasi budaya pada Sabtu, 24 Mei 2025. Sebanyak 25 siswa didampingi 18 guru pendamping mengikuti perjalanan yang menyusuri berbagai situs bersejarah peninggalan Kesultanan Buton.

Kegiatan ini menjadi bagian dari implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, sebuah program pembinaan karakter pelajar yang menekankan pada nilai-nilai gotong royong, kemandirian, dan pelestarian budaya.

Destinasi pertama yang dikunjungi adalah Benteng Keraton Kesultanan Buton, benteng terluas di dunia yang menjadi simbol kejayaan masa lampau. Rombongan kemudian melanjutkan kunjungan ke Museum Kamali Baadia, yang menyimpan berbagai koleksi artefak Kesultanan Buton. Para siswa juga diajak menelusuri Istana Sultan Buton ke-38, La Ode Muhammad Falihi, serta Kamali Tomba, istana Sultan Buton ke-37 La Ode Hamidi.

Studi tour ini ditutup dengan kunjungan santai di wisata permandian Bali Blessing, sebagai sarana rekreasi dan refleksi bagi para siswa setelah menyerap pengetahuan sejarah dan budaya yang padat.

Kepala SMPN 5 Buton Tengah, La Oga, S.Pd., M.M., menyampaikan apresiasi dan kebanggaannya terhadap antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan ini. Ia menilai studi tour semacam ini sangat penting untuk memperkuat karakter pelajar yang berakar pada budaya lokal.

“Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan di luar kelas, tetapi juga menanamkan kecintaan terhadap sejarah dan budaya Buton yang kaya. Anak-anak jadi lebih paham akar identitasnya, dan inilah tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya,” ujar La Oga.

Ia menambahkan bahwa melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar secara visual dan naratif tentang peninggalan sejarah, tetapi juga merasakan langsung atmosfer situs-situs bersejarah yang selama ini hanya dikenal dari buku pelajaran.

“Ketika sekolah menyatu dengan nilai-nilai kearifan lokal, lahirlah pembelajaran yang menyentuh hati dan membentuk jati diri. Inilah bukti nyata bahwa pendidikan mampu menjadi penjaga warisan sekaligus pembentuk masa depan,” tutupnya. (Voril Marpap)

Editor : Rusly, S.Mn.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *