SPIONNEWS.ID, Buton Selatan – Sosok Nenek Wa Ande atau yang akrab disapa Wande, kembali menjadi sorotan publik setelah videonya viral di media sosial. Di balik popularitas mendadak itu, muncul pula sejumlah pemberitaan yang dinilai tidak sesuai dengan fakta oleh warga setempat, khususnya para pemuda pemerhati sosial dan aktivis di Buton Selatan.
Hardian, salah satu pemuda pemerhati sosial yang angkat bicara, membantah keras narasi yang menyebut Wande tinggal di “rumah kebun.” Ia menilai istilah tersebut justru menyesatkan dan menutupi realita sebenarnya bahwa Wande hidup sendiri di sebuah gubuk reyot yang tidak layak huni, berada tepat di antara rumah-rumah beton megah milik warga lain.
“Kalau rumah gubuk beliau disebut rumah kebun, lalu bagaimana dengan rumah mewah di sekitarnya yang juga dikelilingi kebun? Apakah itu juga rumah kebun?” tegas Hardian saat memberikan pernyataannya, pada Rabu (19/06/2025).
Ia menjelaskan, rumah milik Wande memang ada, namun beliau memilih tinggal di tempat sunyi, jauh dari keramaian, sesuai kehendaknya.
Namun, pilihan itu tak bisa dijadikan alasan pembenaran atas kondisi memprihatinkan tempat tinggalnya.
“Pernyataan mantan kepala desa yang menyebut rumah itu sebagai ‘rumah kebun’ justru mengafirmasi bahwa tempat tersebut sangat tidak layak dan menandakan kurangnya perhatian pemerintah,” tambahnya.
Hardian juga mempertanyakan transparansi penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada Wande. Meski pihak pemerintah desa menyebut ia sebagai penerima bantuan, informasi yang beredar menunjukkan bahwa Wande tidak pernah hadir langsung saat pembagian dan mudah-mudahan dapat tersalurkan dengan baik.
Tak hanya itu, Hardian juga mengecam pernyataan salah satu media yang menyebut Wande mengalami gangguan jiwa. Menurutnya, klaim tersebut sangat melukai nilai-nilai kemanusiaan.
“Saya sendiri sudah berbincang langsung dengan beliau. Beliau sangat nyambung dan bisa bercerita panjang. Beliau bahkan dikenal sebagai penjual daun kelor di pasar. Meski banyak pembeli ingin memberi uang lebih, beliau selalu menolak. Beliau lebih memilih menambah jumlah kelor atau mencari uang kembalian,” jelasnya.
Dengan nada tegas, ia menambahkan, “Selama tidak ada diagnosa resmi dari psikolog atau rumah sakit, klaim gangguan jiwa itu tidak berdasar dan sangat merendahkan martabat Wande.”imbuhnya.
Hardian bersama Pemuda Lapandewa lainnya akan mengawal janji Camat Lapandewa yang akan berencana membantu memberikan bantuan rumah layak huni untuk nenek Wa Ande.
Pernyataan Hardian mewakili keresahan banyak warga muda yang kini aktif memantau dan menyuarakan kebenaran. Mereka berharap, isu Wande bukan sekadar viral sesaat, tetapi menjadi pemicu lahirnya empati dan tindakan nyata dari pemerintah.(*)
Editor : Harry














