Oleh : Rusydi, S.Pi., M.Si
SPIONNEWS.ID, NTT – Sumberdaya perairan jika dikelola secara profesional dan terukur dapat menjadi komoditas yang menopang ekonomi daerah.
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan keanekaragaman hayati (Biodiversty) relatif tinggi seperti keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman genetik.
Secara Oceanografi, perairan NTT dipengaruhi dinamika perairan yang berasal dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia sehingga tidak heran perairan tersebut didiami ragam jenis Ikan Pelagis, Demersal, kelompok megafauna seperti Parimanta, Hiu, Penyu serta kelompok Cetacea seperti Paus Biru (Balaenoptera musculus), Paus sperma (Phyceter macrocephalus).
Perairan NTT juga berada pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713 di Laut Flores, WPP 714 di Laut Banda dan WPP 573 di Laut Sawu dan Laut Timor adalah lokasi yang ideal untuk kegiatan penangkapan skala indutri (>30GT) atau kapal penangkapan <30GT namun beroperasi >12NM (ijin pusat) dan skala kecil dan menengah (<30GT) dengan ijin penangkapan dikeluarkan oleh pemerintah Provinsi. Jenis ikan yang tertangkap adalah ikan pelagis besar seperti Tuna, Cakalang, Tongkol, Ikan Tenggiri, Ikan Cucut, Ikan Marlin, dan beberapa jenis lainnya dan Ikan Demersal seperti Kakap Merah, Kakap Putih, Kue dan Kerapu.
Berdasarkan data, produksi pelagis besar tahun 2011-2020 menunjukkan produksi ikan Tongkol rata-rata 12.290,45 ton/tahun, Tuna 4.326,27 ton/tahun, dan cakalang 7.779,75 ton/tahun. Produksi Ikan Cakalang tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 13.387,00 ton dan tahun 2015-2018 mengalami penurunan jumlah produksi, kemudian naik kembali tahun 2019 sebesar 13.141.05 ton.
Sedangkan potensi perikanan Demersal tertinggi terletak di WPP 713 sebanyak 252.869,00 ton dan JTB 202.295,00 dengan tingkat pemanfaatan 0,96% dan Ikan Karang sebesar 19.856,00 ton dan JTB sebanyak 15.885,00 ton dengan tingkat pemanfaatan 1,27%. Menjadi penting untuk dikembangkan sebagai upaya percepatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Dirjen Perikanan Tangkap https://satudata.kkp.go.id/).
Secara geografis, wilayah yang memproduksi perikanan tangkap tertinggi berada pada WPP 573 (Sumba Timur, Manggarai Bagian Selatan, Ende Bagian Selatan, Sikka Bagian Selatan, Flores Timur Bagian Selatan, Alor Bagian Selatan, Lembata Bagian Selatan, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang), kemudian WPP 713 (Utara Manggarai, Utara Ende, Utara Sikka, Utara Flores Timur/Tanjung Bunga), dan WPP 714 (Utara Adonara Flotim, Utara Lembata dan Utara Alor).
Dari banyak jenis ikan yang tertangkap di tiga WPP tersebut, mungkin saja memberikan dampak ekonomi bagi daerah terutama Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau bahkan tidak ada sama sekali. PDRB tentu berasal pencatatan data-data volume produksi dan nilai produksi jenis komoditas perikanan tangkap yang direkam secara kontinyu oleh tim data perikanan tangkap.
Ikan Pelagis dan Ikan Demersal tersebut di atas merupakan ikan ekonomis penting sehingga dapat menjadi komoditas unggulan daerah. Suatu jenis ikan komoditas unggulan dapat dilakukan dengan beberapa syarat, yaitu : 1) adanya kemauan pemerintah daerah untuk menentukan komoditas jenis ikan unggulan, 2) volume dan nilai produksi serta ketersediaan komoditas jenis ikan tersebut, 3) adanya rantai pasok yang ideal terkait distribusi komoditas, 4) harga komoditas jenis ikan unggulan dapat dikendalikan untuk memberikan kepastian terhadap Nilai Tukar Nelayan (NTN), 5) adanya jejaring dan kerjasama kemitraan terutama daerah-daerah dengan topografi yang sama, 6) jaminan produksi ikan menggunakan teknik, alat, dan bahan penangkapan yang ramah lingkungan, dan 7) membuka kesempatan investor dalam rangka membangun industri hilir komoditas jenis ikan unggulan. (*)
Penulis adalah Dosen Universitas Muhamadiyah Kupang.
Liputan : Sudarmono & Abdul Sumbing